APA ITU BROADCASTING?
Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia
yang selalu menarik perhatian bagi masyarakat. Martin Essin (dalam
Syaktiyanti Jahja, 2006) menyebut bahwa era sekarang ini sebagai The age
of television- televisi telah menjadi kotak ajaib yang membius para
penghuni gubuk-gubuk reyot masyarakat di dunia ketiga. Televisi memiliki
keunggulan yang menyebabkan masyarakat harus tetap terpaku 4 sampai 6
jam sehari di depan layar kaca, dan bahkan bagi anak-anak yang sering
menonton televisi , memberikan dampak malas belajar. Sementara itu,
sebanyak 53,4% mereka mengakui bahwa waktu belajarnya lebih sedikit
dibandingkan dengan lama waktu menonton televisi (Saktiyanti Jahja,
2006).
Karena keunggulanya, masyarakat tak pernah mampu melepaskan
diri dari hubungannya dengan media penyiaran. Hampir paruh waktu mereka
dihabiskan untuk menikmati program-program siaran baik radio maupun
televisi. Hal ini wajar karena program-program radio dan televisi banyak
menawarkan dan menyajikan acara-acara yang menarik dan variatif.
Program yang semakin menarik dan variatif ini memang merupakan salah
satu kiat dari pengelola media untuk menarik perhatian konsumernya,
disamping media sebagai alat bisnis hiburan yang sengaja mencari
keuntungan. Karena itu tampilan programnya harus selalu menarik dan
memiliki nilai jual yang tinggi agar mampu meraih jumlah penonton yang
besar-sehingga suguhan program tidak semata-mata hanya sekedar penyajian
informasi atau hiburan semata, tetapi sudah merupakan barang komoditas
yang diperjualbelikan.
Aktivitas penyiaran tidaklah semata merupakan
kegiatan ekonomi, tetapi ia juga memiliki peran sosial yang tinggi
sebagai medium komunikasi. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses
penyampaian ide, gagasan atau opini dari seseorang yang disebut
komunikator di tujukan kepada sejumlah saran dalam hal ini adalah
komunikan dengan dan atau tanpa media dengan tujuan mengubah perilaku
orang lain. Sebagaimana definisi komunikasi yang dikutip dari pendapat
Hovland (dalam Suprapto 1994) tersebut mencerminkan bahwa peran sosial
dari media adalah kemampuannya didalam merubah perilaku komunikan.
Kecenderungan ini nampak jelas sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana
(2000) fungsi komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa
komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari
tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang bersifat
menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Atas dasar hal
tersebut, maka media sering dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan sosial
seperti kampanye-kampanye program kemasyarakatan seperti antara lain
kampanye anti narkoba, immuniasi, palang merah yang disajikan sedemikian
rupa baik dalam bentuk dramatization maupun demontrazion dengan kemasan
hiburan. Khusus untuk media penyiaran, pemanfaatan untuk kampanye
tersebut telah menjadi sseuatu tren tersendiri, mengingat daya jangkau
yang sangat luas dan mampu menembus kendala-kendala geografis.
Keunggulan media penyiaran bila dibandingkan dengan media cetak adalah
juga karena kemampuan penyampaian pesan yang relatif cepat serta
menyiarkan suatu peristiwa yang tengah berlangsung melalui siaran
reportase atau siaran pandangan mata (live broadcast). Namun dari sisi
sosiologis kemampuan menyampaikan pesan cara umum, cepat dan selintas
untuk menjangkau khalayak luas dalam suatu rentang waktu-menyatakan
suatu kekuatan sosial yang ada pada dampaknya. Menurut Charles R. Wright
(1985) keselintasan komunikasi massa telah menimbulkan penekanan
ketepatan waktu, superfisialitas, (ketidakmendalaman), dan
sensasionalisme dalam pesan-pesan yang dikomunikasikan. Oleh karena itu
penyajian informasi dalam siaran-siaran medium radio dan televisi sering
menimbulkan ketidakcermatan khalayak didalam mencerna isi pesan karena
sifat informasi yang disampaikan cepat, singkat dan selintas yang dapat
menimbulkan persepsi dan interpretasi. Dalam konteks ini bila
dibandingkan dengan medium cetak, maka pemahaman khalayak terhadap isi
mediaelektronika sangat tergantung pada factor eksternal media itu
sendiri, sedang untuk media cetak tingkat pemahaman khalayak terhadap
isi pesan sangat tergantung pada bagaimana cara khalayak memproses
informasinya (self-passed print media).
Penyiaran merupakan suatu
kegiatan penyelenggaraan siaran radio dan televisi, yang diselenggarakan
oleh organisasi penyiaran radio dan televisi. Output dari organisasi
penyiaran adalah siaran. Siaran ini dapat berupa siaran radio maupun
televisi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang dapat menerima
siaran radio maupun televisi. Medium radio dan televisi merupakan sarana
komunikasi massa yang kemunculannya terjadi sebagai akibat dari
revolusi dibidang elektronika.
Perkembangan teknologi elektronika
telah membawa dampak kepada perkembangan di bidang komuniksi massa.
Berkat perkembangan teknologi elektronika ini arus informasi dpat
berjalan cepat dan simultan, sehingga mampu menembus ruang dan waktu
antara dua tempat yang berbeda.
Kehadiran berbagai produk elektronika
seperti medium radio dan televisi telah memberikan nuansa baru dalam
berkomunikasi. Hubungan antar manusia berubah dari yang bersifat
tradisional (lisan) menjadi hubungan bermedia, yang sekaligus mampu
mempercepat proses komunikasi, karena pada umumnya ciri khas media
komunikasi massa modern menjanjikan kecepatan, ketepatan, dan bahkan
kepraktisan dalam hal menyampaikan dan menyajikan informasi kepada
khalayak dan khalayak hanya menikmati saja, sambil mungkin melakukan
pekerjaan lainnya secara bersamaan.
Proses penyiaran
Bagaimana
proses penyiaran berlangsung? Pada prinsipnya sama dengan proses
komunikasi. Proses komunikasi terjadi sejak ide itu diciptakan sampai
dengan ide tersebut disebarluaskan. Langkah-langkahnya meliputi
penggagas ide dalam hal ini komunikator, kemudian ide itu diubah menjadi
suatu bentuk pesan yang dapat dikirimkan baik verbal maupun nonverbal
melalui saluran dan atau sarana komunikasi yang memungkinkan pesan itu
mampu menjangkau khalayak luas (kumunikan).
Terselenggaranya
penyiaran ditentukan oleh tiga unsur yaitu studio, transmitter dan
pesawat penerima. Ketiga unsur ini kemudian disebut sebagai trilogi
penyiaran. Paduan ketiganya ini yang akan melahirkan siaran yang dapat
diterima oleh pesawat penerima radio maupun televisi.
Studio
merupakan sistem yang cukup berperan dalam sebuah stasiun penyiaran,
sebagai sub system yang terintegrasi secara total, bagian studio
memberikan andil untuk penyedia program-program regular yang bersifat
live ivent atau recording program.
Sistem studio pada umumnya
terintegrasi dari berbagai unit sistem seperti bagian audio (mixer
system), video sistem (camera system) dan pencahayaan (lighting system)
serta dilengkapi prasarana seni atau art sebagai unsur pendukung
produksi khususnya untuk produksi audio visual.
Studio merupakan
tempat produksi informasi sekaligus menyiarkan, mengubah ide dan atau
gagasan menjadi bentuk pesan baik gambar maupun suara yang bermakna
melalui sebuah proses yang mekanistik yang memungkinkan gambar atau
suara itu dikirimkan melalui transmitter untuk selanjutnya diterima oleh
system antena pada pesawat penerima (media receiver) guna dinikmati
oleh khalayak dalam bentuk sajian acara. Dalam produksi informasi,
studio sebagai penyuplai program acara dibagi dalam dua kategori besar,
yaitu:
a) Live event, misalnya program musik, variety show, berita (news) dan lain sebagainya.
b)
Recording event, program acara yang direkam lebih dahulu baik program
acara non drama seperti musik, olah raga dan news maupun program acara
drama (setyabudi, 2005).
Transmitter merupakan salah satu unsur dalam
proses penyiaran yang berfungsi mengantarkan gambar dan suara dari
studio berupa gelombang elektromagnetik yang membawa muatan informasi
untuk dipancarkan atau disalurkan melalui kabel atau serat optic. Sistem
pemancaran (transmisi) dapat dilakukan melalui system terrestrial
(pancaran di atas tanah) dan sistem satelit (menggunakan jasa satelit
komunikasi). Ada tiga cara sistem satelit komunikasi (telekomunikasi),
sistem DBS (direct broadcasting satellite) dan sistem semi DBS, serta
sistem gabungan (terristerial, penyaluran dan satelit).
Pesawat
penerima merupakan alat yang berfungsi mengubah gelombang
elektromagnetik yang membawa muatan informasi berupa signal suara dan
atau signal suara dan signal gambar proyeksi menjadi bentuk pesan yang
dapat dinikmati. Pancaran gelombang elektromagnetik yang membawa muatan
signal suara yang terbentuk melalui microfhone, kemudian pancaran ini
diterima olah sistem antena untuk diteruskan ke pesawat penerima, dan
signal suara itu di ubah kembali menjadi suara/audio di dalam
audio/loudspeaker. Proses ini menghasilkan siaran radio. Sedang pancaran
gelombang elektromagnetik yang membawa muatan signal suara, yang
dihasilkan oleh microphone dan signal gambar proyeksi, yang dihasilkan
oleh sistem lensa, dan kemudian diubah menjadi signal gambar di dalam
tabung pengambil gambar (pick up tube) maka proses ini menghasilkan
siaran televisi.
Ketiga unsur tersebut bila dipadukan dapat menghasilkan siaran, seperti dalam bagan berikut ini:
Bertindak
sebagai komunikator dan sekaligus sebagai sumber informasi adalah
penyelenggara siaran. Ide/Isi pesan komunikator diproduksi dan disiarkan
melalui stasiun penyiaran radio dan televisi (studio dan transmisi) dan
selanjutnya isi pesan (hasil produksi) dapat dinikmati atau dilihat dan
di dengar oleh komunikan melalui pesawat televisi dan atau pesawat
radio. Isi pesan itu bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku
khalayak.
Produk penyiaran
Penyiaran merupakan kegiatan
penyelenggaraan siaran, yaitu rangkaian mata acara dalam bentuk
audio/suara dan atau visual/gambar yang ditransmisiskan dalam bentuk
signal suara dan atau gambar, baik melalui udara (teristerial dan
satelit) maupun melalui kabel dan atau serat optik yang dapat diterima
oleh pesawat penerima (radio/televisi) di rumah-rumah. Karenanya proses
penyiaran merupakan proses yang panjang tetapi memerlukan waktu yang
relatif singkat.
Output penyelenggaraan penyiaran adalah siaran.
Siaran adalah benda abstrak yang sangat potensial untuk dipergunakan
mencapai tujuan yang bersifat idiil maupun material. Siaran merupakan
hsil kerja kolektif yang memerlukan dana yang besar banyak tenaga yang
kreatif dan professional serta sarana elektrik canggih yang harganya
relatif mahal. Karena itu produksi siaran sebenarnya merupakan produksi
massal yang memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, hiburan dan
pendidikan kepada sebagian besar khalayaknya, dengan biaya yang cukup
besar.
Di dalam penyelenggaraan siaran, para pengelola siaran selalu
berupaya untuk mendekatkan diri kepada khalayak, sehingga ada usaha
mengimpitkan kepentingan khalayak yang diawali dengan menarik perhatian
khalayak, sehingga khalayak mau mendengar dan atau memirsa siaran. Namun
dilain pihak, khalayak sendiri memiliki hak demokratisasi untuk memilih
acara siaran-artinya keberadaan khalayak sangat menentukan kelangsungan
program siaran, apakah siaran tersebut akan menjadi pilihan khalayak
atau tidak? Karena itu produk penyiaran harus mampu menghasilkan sebuah
karya yang mampu bersaing yang tidak hanya sekedar mencari keuntungan
belaka tetapi kepentingan khalayak juga harus diperhatikan oleh
penyelengaraan siaran.
Para penyelenggara siaran memang harus
memperhatikan keberlangsungan siaran yang dalam pengertian ini,
bagaimana menjaga stabilitas siaran dengan kemampuan mempertahankan
jumlah pendengar dan atau permirsa terhadap suartu program tertentu.
Dalam kaitan ini Wahyudi (1994) mengatakan para pengelola program teknik
dan administrasi/ketatalaksanaan dalam wadah organisasi penyiaran
bekerja diatas landasan saling pengertian, menghargai dan mengingatkan,
untuk mengahsilkan siaran yang berkualitas, baik, dan benar. Yang
dimaksud dengan siaran berkualitas, baik dan benar adalah:
• Siaran berkualitas adalah siaran yang berkualitas suara dan atau gambar/visualnya prima.
•
Siaran yang baik adalah siaran yang isi pesannya, baik audio dan atau
visualnya bersifat informatif, edukatif, akumulatif, komunikatif dan
stimulatif.
• Siaran yang benar adalah siaran yang isi pesannya baik
audio dan atau visualnya diproduksi sesuai dengan sifat fisik medium
radio dan atau televisi.
(Sumber: Wahyudi, 1994)
Dengan
memperhatikan kriteria siaran yang berkualitas, baik dan benar, maka
diharapkan akan mampu memberikan kontribusi kepada khalayak berupa
produksi siaran yang benar-benar dapat dinikmati dan ditonton. Untuk
siaran karya artistik terikat pada kode moral, sedangkan siaran karya
jurnalistik selain terikat kode moral juga pada kode profesi
jurnalistik.
Siaran merupakan output dari penyelenggaraan penyiaran.
Siaran adalah benda abstrak yang sangat potensial untuk dipergunakan
mencapai tujuan yang bersifat idiil dan materiil. Dari sisi ekonomi,
siaran merupakan barang komoditas yang mampu mengahsilkan keuntungan,
sedang dari sisi sosial siaran juga merupakan komoditas sosial yang
mampu mengangkat harkat dan martabat masyarakat bila mengacu pada
standar etika penyiaran.
Produksi siaran dibagi dalam dua kategori
karya produksi, yaitu karya produksi artistik dan karya produksi
jurnalistik. Perbedaannya adalah sebagai berikut:
KARYA ARTISTIK KARYA JURNALISTIK
Sumber: Ide/gagasan
Mengutamakan keindahan
Isi pesan bisa fiksi dan nonfiksi
Penyajian tidak terikat waktu
Sasaran kepuasan khalayak
Memenuhi rasa kagum
Improvisasi tidak terbatas
Isi pesan terikat kode moral
Penggunaan bahasa bebas
Refleksi daya khayal kuat
Isi pesan tentang realitas sosial Sumber: Permasalahan hangat
Mengutamakan kecepatan/aktual
Isi pesan harus faktual
Penyajian terikat waktu
Sasaran kepercayaan/kepuasan
Memenuhi rasa ingin tahu
Improvisasi terbatas
Isi pesan terikat kode etik
Penggunaan bahasa jurnalistik
Refleksi penyajian kuat
Isi pesan menyerap realitas/faktual
Program Acara Siaran
a) Radio
Program
acara radio selama beberapa periode terakhir meliputi musik dan atau
variety shows, komedi, drama dan berita. Sedang Dominick (1983) membagi 4
kategori dasar format acara radio yaitu (1) music; (2) talk; (3) news;
dan (5) black and etnic. Khusus untuk acara musik merupakan kategori
acara yang mendominasi siaran radio dan berisi beberapa sub bagian,
diantaranya adalah Top 40, Album Oriented Rock (AOR) dan Midle of The
Road (MOR). Di Amerika Serikat, acara musik yang paling popular selama
periode tahun 1930 s/d 1940 adalah Tommy Dorsey dan Benny Goodman,
sedang untuk variety shows seperti pertunjukkan Bob Hope, Jack Benny dan
Jimmy Durante. Sedang jenis acara hiburan lainnya yakni drama. Drama
radio yang paling popular pada waktu itu berjudul The War of the Worlds
produksi Orson Walles tahun 1938 yang menceritakan tentang penyerbuan
makhluk-makhluk planet Mars ke dunia. Drama radio yang mengungkapkan
cerita fiktif itu lebih dianggap oleh sebagian besar penduduk New Jersey
sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi. Mereka menyangka New Jersey
benar-benar diserang oleh makhluk-makhluk yang menyeramkan dari planet
lain. Penduduk menjadi panic. Dan tiap rumah terdengar jerit dan tangis.
Penduduk pada berlarian ke luar rumah tanpa tujuan dan mencari
perlindungan. Banyak juga diantaranya yang membawa senajata untuk
melawan makhluk planet itu. Sedang acara berita lebih menekankan pada
aspek informasi baik nasional maupun regional serta lapioran-laporan
peristiwa lokal secara periodik setiap harinya. Disamping informasi
olahraga, cuaca, editorial, public-affair programs dan sekali-kali acara
feature. Selanjtnya kategori acara black and etnic merupakan acara yang
khusus ditujukan untuk sasaran khalayak berdasarkan suku dan ras
kebangsaan tertentu. Karena umumnya mereka memiliki hobby dan kesenangan
yang sangat spesifik baik dalam pilihan jenis musik, berita dan atau
acara hiburan lainnya.
Secara umum mata acara radio diperoleh dari 4 sumber, yaitu:
1. Jaringan antar stasiun atau merelay dari stasiun penyiaran lain
2. Rekaman dan atau menyewa dari rumah produksi
3. Produksi sendiri
4. Sindikasi program atau pertukaran program dengan pihak lain yang menjadi kongsinya.
Dari
mana pun materi acara diperoleh, isi pesan baik audio maupun visualnya
harus sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang ada, baik
kebijaksanaan intern maupun yang berasal dari pemerintah yakni
sebagaimana diatur dalam Bab IV Pelaksanaan Siaran pada Bagian Pertama
tentang Isi Siaran khususnya pasal 35 Undang-undang Penyiaran.
b) Televisi
Sebenarnya
kelahiran prinsip-prinsip televisi di awali dengan diketemukannya
teleskop oleh Galilei pada tahun 1608 serta ditemukannya elemen galvanic
pada tahun 1880 yang memungkinkan dibangkitkanya aliran listrik yang
mengakibatkan cara-cara berkomunikasi jarak jauh semakin dapat
dikembangkan. Diantaranya dengan ditemukannya telegraph pada tahun 1835
oleh S. Morse yang memungkinkan pengiriman dan perekaman isyarat-isyarat
dalam jarak jauh. Semenjak itu mulai dilakukan penelitian yang
memungkinkan dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan suara manusia
dari jarak jauh-diantaranya yang berhasil melakukan penelitian itu
adalah A.G. Bell pada tahun 1875 yang kemudian melahirkan telephone.
Hasil penemuan Bell pada tahun 1878 disempurnakan oleh Hughes yang
mengganti komponen pemancar dengan apa yang dinamakan microphone
sehingga getaran udara yang disebabkan suara yang diucapkan seseorang
menjadi lebih kecil dan halus dan oleh pihak penerima dapat terdengar
lebih keras. Beberapa tahun berikutnya terutama setelah ditemukannya
telepon, Paul Nipkow pada tahun 1884 seorang mahasiswa Jerman di Berlin
menemukan prinsip gambar kecil yang dibentuk oleh elemen-elemen secara
teratur, Scanning device ini dilakukan dengan menggunakan lingkaran
spiral yang diputar secara teratur dan masih secara mekanis belum
menggunakan listrik. Gerakan kasar secara mekanis ini dapat menghasilkan
dorongan-dorongan elektris bila kepadanya dikenakan penyinaran yang
mengandung photoelectric cell. Lingkaran yang berbentuk spiral dan
diputar secara teratur itulahh pada tahun 1884 lebih disempurnakan di
dalam bentuk lingkaran Nipkow atau Jantra Nipkow dan alat inilah yang
selanjutnya dikembangkan oleh para ahli sehingga menghasilkan televisi
siaran.
Penyelenggaraan siaran televisi nampak lebih kompleks bila
dibandingkan dengan siaran radio. Namun esensi isi programnya relatif
sama dengan program radio hanya perbedaanya, siaran televisi
menghasilkan gambar dan suara, sedangkan radio hanya bersifat auditif.
Program
acara siaran televisi dibeberapa negara diantaranya di Amerika Serikat
memang mengalami pasang surut semenjak 1848 dimana pada tahun tersebut
perkembangan televisi di negara Paman Sam itu mengalami kebekuan, karena
penyedia peralatan televisi tidak mampu memenuhi banyak permintaan dari
para pengelola atau penyelenggara siaran televsi. Sehingga sebagian
stasiun televisi ada yang telah siap untuk menggarap sementara dipihak
lain masih banyak pula stasiun televisi yang belum memulai siaran untuk
memenuhi permintaan masyarakat diberbagai daerah. Namun terlepas dari
itu semua bahwa kehadiran televisi sangat diperlukan bagi masyarakat
sebagai sumber informasi dan hiburan.
Suguhan acara televisi memang
sangat variatif untuk memenuhi selera pemirsanya yang beragam, namun
demikian, semua mata acara tersebut dikemas dalam bentuk acara hiburan,
karena menurut Dominick (2004) kekuatan yang dominant kepada televisi
adalah sebagai medium hiburan. Sehingga semua suguhan mata acara
televisi diharapkan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, maka
adalah wajar jika banyak muncul kemasan acara berbasis suguhan guna
menarik pangsa pasar, seperti acara talk show, edutaiment, infotainment
dan sebagainya.
Program acara hiburan ditelevisi yang paling popular
pasca Perang Dunia II adalah kuis, tetapi masa kejayaan acara kuis di AS
mulai memudar sekitar tahun 1950an, ketika acara tersebut mulai
kehilangan penonton akibat kejenuhan. Tahun 1959 acara drama Western
menarik perhatian publik dan kemudian menjadi popular seperti drama
Wyatt Earp dan Gun smoke yang ditayangkan sebanyak 20 seri selama tahun
tersebut. Pada periode tersebut pertumbuhan berita televisi sangat
lambat seperti berita malam hanya berlangsung selama 15 menit.
Selanjutnya pada awal tahun 1960an isi program acara televisi mulai
menyuguhkan film dengan tema kekerasan seperti The Untouchables yang
sangat popular pada saat itu. Tema kekerasan pada acara televisi semacam
itu menimbulkan kontroversi terhadap dampak penayangan televisi
violence yang dianggap sebagai biang keladi meningkatnya kejahatan di AS
(dan mungkin juga dibelahan bumi lainnya, termasuk di Indonesia) yang
dilakukan oleh para remaja.
Kemudian stasiun televisi CBS sukses
menampilkan acara televisi bernuansakan alam pedesaan seperti, The
Beverly Hillbilles dan Green Acres yang sangat digemari di pasaran.
Kemudian program acara bertujuan untuk relaksasi seperti I Dream of
Jennie dan Star Trek menjadi sajian utama siaran televisi pada periode
tahun 1960an. Selanjutnya program acara terkemuka pada kurun waktu itu
adalah komedi situasi seperti All in the Family dan M*A*S*H. akhirnya
pada tahun 1963 diputuskan sebagai tahun kembalinya berita televisi.
Siaran berita televisi telah mampu meningkatkan durasi siaran berita
dari 15 menit menjadi 30 menit. Kenaikan ini menyebabkan jumlah peminat
siaran berita televisi juga mengalami peningkatan dan bahkan di beberapa
stasiun televisi lokal siaran berita menjadi sumber pendapatan
terpenting.
Dari beberapa penjelasan diatas, maka mata acara siaran
televisi dapat dibagi kedalam 5 besar jenis mata acara siaran quiz,
drama, komedi, musik, dan news. Ke-5 jenis mata acara ini ternyata tidak
jauh berbeda dengan jenis isi program penyiaran yang sedana ngetren di
Indonesia dan bahkan mata acara tersebut telah mendominasi hampir
seluruh siaran televisi baik swasta maupun pemerintah. Bahkan satu
diantaranya memiliki rating yang cukup baik. Yakni acara drama dan atau
sinetron yang saat ini masih marak ditayangkan di beberapa stasiun
televisi swasta khususnya yang diproduksi oleh kelompok Punjabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar